Kenangan pena pribadi pada tanggal 12 November 2008 M
K
|
ehidupan
semesta yang penuh makna ini hampir belum bisa seluruhnya dirasakan oleh
segenap makhluk hidup yang berpijak dimuka bumi ini, pertanyaannya kenapa
demikian? dan memang itulah realitanya bahwa kalimat kebahagiaan itu hanyalah
dimiliki oleh mereka-mereka yang punya kekuasaan dan kekuatan, kebahagiaan
kerapkali dipegang oleh individu-individu yang punya kewenangan dalam hal
memerintah, dan itulah kebahagiaan materi alias duniawi, mereka para pemegang
bahagia fana kuranglah punya beban kepedulian antar sesama manusia dan
kurangnya simpati dan empati dalam nurani kepribadiannya dan memang begitulah
kehidupan manusia adanya.
Dan kini hukum rimba pun mulai berlaku,
hukum tumpulnya pisau pun diterapkan dalam tatanan kemasyarakatan yang bersifat
individual, golongan, kelompok, kebangsaan dan hampir disemua lapisan
masyarakat bahwa hak asasi kini terinjak oleh manusia yang punya asasi jua,
pertanyaannya sadarkah kita bahwa hukum merujuk kemana? bukan saja mencacatkan
kehidupan tetapi mematikan nyawa yang hidup dalam lingkup menindasan,
pemusnahan, pembunuhan karakter, lalu dengan setiap pribadi diri kita dengan
apa bersikap dan bagaimana solusinya?.
Jawabannya hanya dengan kata harokah
semua tantangan yang menyangkut dunia akan terselesaikan, dengan gembar-gembor
pergerakan itulah setiap rintangan semesta akan tertuntaskan, dan dengan cara
itu perlawanan untuk meruntuhkan watak penindasan dan menghancurkan tabiat
pemusnahan akan tertunaikan karena mereka telah merobek-robek lembaran kata hak
asasi itu. Sekali lagi hanya dengan langkah pergerakan itu kita akan bangkit
menuju cahaya Ilahiyah, akan merasakan angin kebahagiaan di semesta ini, dan
bagaimanapun juga dan apapun alasannya bahwa pergerakan kehidupan haruslah
memuncak pada hasrat setiap pribadi kita.
Marilah kita bercermin bahwa “pergerakan positif yang tidak termenej akan
hancur oleh pergerakan negatif yang terorganisir”, maka dari itu marilah
kita mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang terkecil, mulai saat ini
berpacu dalam keterlibatan sebuah pergerakan yang sifatnya membangun. Dan
berusahalah bagi setiap pribadi, setiap individu, setiap kelompok, setiap
golongan, setiap kesukuan, setiap kebangsaan berlomba untuk merangkai harokah
islamiyah dengan harapan terwujudnya siasiyah khilafah imamah dengan
terciptanya baldatun kedamaian, ketentraman, keamanan dalam tatanan
kemasyarakatan kehidupan semesta ini.
Banyak sudah sejarah pergerakan yang
menoreh goresan tinta emas dalam rangka mewujudkan cita-cita kebangsaan, dari
tahun-ketahun silih berganti pergerakan itu ada dan dari sekian Negara bahwa
setiap bangsa akan sangat mewujudkan yang namanya rasa aman bagi dan untuk setiap
pribadi dari keserakahan dan kekejaman serta penindasan para yang punya
kekuasaan namun tidaklah punya asasi diri itu. Harokah demi harokah, pergerakan
untuk pergerakan selalu mencatat nama dalam sejarah peradaban dunia antar lain
Hizbullah dari Negara Libanon penggeraknya Sayid Hasan Nasrullah, Al Qaeda dari
Negara Afganistan penggeraknya Osama bin Ladden, Front Pembela Islam dari
Negara Indonesia penggeraknya Habib Rizik Syihab, Ikhwanul Muslimin dari Negara
Mesir penggeraknya Sayid Hasan Al Banna, Hizbut Tahrir dari Negara Yordania
penggeraknya Syaikh Taqiyyudin An Nabhani, Jama’ah Islamiyah dari Negara
Pakistan penggeraknya Syaikh Abul ‘Ala Al Maududi, HAMAS dari Negara Palestina
penggeraknya Syaikh Ahmad Yasin, dan masih banyak yang lainnya, semua itu
masing-masing pergerakan punya wujud kebersamaan dalam rangka meruntuhkan sikap
kesewenang-wenangan antar penguasa pada masa jamannya.
Apapun alasannya bahwa pergerakan
membangun peradaban itu penting dan oleh karena itu marilah kawan, marilah setiap
diri kita melebur dan berpadu dalam rangkaian kalimat “hiduplah secara mulia
atau matilah secara syahid”, dan marilah kita membuka rasio kita dan
berungkaplah dalam hati kita masing-masing “sudahkah kita berbuat baik pada
khayalak ramai?”, “sudahkah kaki kita berpijak dalam pergerakan yang
membangun?”, “sudahkah kita berdampingan berdiri pada jasad-jasad yang
bergelimpangan?”, “sudahkah kita punya niat untuk ambil bagian dalam
pergerakan?”, tanyakanlah pada hatimu kawan. Getarkan jiwamu dengan teriakkan Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, dan kepalkan tanganmu genggam erat dengan
kalimat mari kita jihad, mari kita jihad, mari kita jihad, sudahkah kalian
melakukan itu. Dan marilah setiap diri kita merenungi akan hakekat dunia dan
bawalah bathiniyah kita dengan berdoa dan jasmaniyah kita walau hanya tetesan
airmata dan katakanlah hanya itu, cuma itu, sekedar itu yang dibawa untuk
berharokah, untuk modal pergerakan tidak lebih dari simpati saja kesiapan kita
dan kesanggupan kita namun tetap akan mendukung dengan kata kesepakatan dengan
kalimat bangkitlah pergerakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar