Jumat, 20 April 2012

KEINDONESIAAN


Kenangan diri saja pada saat menyendiri
Pena kertas putih Pada Tanggal 17 Agustus 2008


B
umi ini bulat seperti bola yang kita tendang, banyak orang bilang begitu tetapi menurutku bumi ini bentuknya kebulatan seperti telor. Apapun alasannya sehingga dengan bentuk bulat atau kebulatan itu jua  suatu kelak bumi pun akan hancur atau dengan bahasa kasarnya bumi akan di sepak oleh yang Sang Maha Membuat yakni Tuhan Yang Maha Pencipta dengan nama kiamat.

Indonesia merupakan sebuah nama Negara yang bercokol di bumi ini dan bagian tempat berpijak untuk para makhluk-makhluk Tuhan, pertanyaannya ada apakah dengan bumi Indonesia?.

Indonesia merupakan Negara peradaban, dan kalimat peradaban itu membudaya di bumi ini, bumi yang kita pijak ini, pijak pada saat ini, saat sekarang ini, sekarang di tempat ini, tempat naungan ini, yakni naungan ke-Indonesiaan dan kebudayaan bagian peradaban Indonesia.

Kebudayaan kita ibarat bal mainan pada anak-anak, kenapa demikian? bal itu di tendang menggelinding, di sundul melambung, di oper ke kiri dan ke kanan, sehingga sampailah ke gawang kesempurnaan dan terjadilah gol peradaban Indonesia. Itulah kebudayaan seharusnya begitu kemana manusia membawanya tetap arahkan pada ke-peradaban.

Di jaman ini kebudayaan hampir punah jua peradaban hampir musnah dengan ciri ke-Indonesiaannya, hampir ciri khas ke-Indonesiaan itu dirasuki westernisasi, lalu pertanyaannya lagi kemanakah arah gawang kesempurnaan itu?.

Indonesia merupakan kata yang di yel-yel kan oleh seluruh rakyatnya dan selalu didendangkan walaupun dengan jeritan tangis, kucuran airmata, perasan keringat, tetesan darah bahkan lepasnya nyawa sekalipun hanya demi dan untuk mengabadikan nama Indonesia di peta semesta, lalu pertanyaannya lagi kenapa kebudayaan Indonesia tidak dikembangbiakkan pada bumi pertiwi ini, mengapa peradaban tidak dibudidayakan pada nusantara ini,kenapa dan mengapa? Cobalah kita tengok banyak sudah kebudayaan bangsa ini di rampas oleh Negara lain, sudah sekian kali peradaban bangsa ini di jiplak pada Negara lain. Lalu kemanakah arah bal itu?

Tidakkah bangsa ini punya burung garuda yang sayapnya membentangi khatulistiwa, lihatlah burung itu punya sayap jumlahnya tujuh belas helai, punya ekor jumlahnya delapan helai, punya helai leher jumlahnya emput puluh lima, tidakkah bangsa ini bangga? itulah tanggal, bulan dan tahun kemerdekaan Indonesia. Wahai burung garuda lukislah nusantara ini dengan airliurmu, warnai bumi Indonesia ini dengan cengkraman kakimu, tengoklah terus ada apa kebudayaan peradaban Indonesia pada saat ini, dan bawalah terbang bal itu ke penjuru semesta.

Bukankah bangsa Indonesia merupakan bangsa beradab, pertanyaannya akankah kata ke-Indonesiaan itu mengguncangkan penjuru arah jagat ini? Wahai para penguasa katakanlah bahwa pancasila itu merupakan dasar Negara dan berjiwalah kalian yang pancasilais Karena kalian manusia Indonesia, tetapi dalam setiap individu tetaplah berpegang pada Al Qur’an dan Al Hadits

Banyak permasalahan yang sudah diserap masyarakat dengan tidak mencantumkan semangat ke-Indonesiaan, sebut saja mengenai tata krama global kebangsaan yang semakin kekinian semakin surut, etika berpolitik yang semakin semerawut, sampai budaya gotong-royong terasa lenyap, bahkan peradaban bangsa hilang sudah bentuk aslinya dengan merk ke-Indonesiaannya.

Kenapa demikian? gaya keminian sudah dikatakan trendi, pakaian seronok sudah di anggap modern, inovasi kreatif bangsa di bilang lokal bajakan, entahlah apalagi bentuknya banyak lagi penggalian yang belum terungkapkan hanya mengundang perdebatan antar wacana, apapun alasannya dan bagaimanapun bentuknya coba marilah bersama banggakan  nama Indonesia di kancah dunia.

Pada kesimpulan sistem westernisasi lebih didewakan dari pada sejatinya ke-Indonesiaan, gaya kebaratan lebih ditonjolkan dari pada sikap ketimuran. Oleh karena marilah anak bangsa sepakat sebarkan nama Indonesia dalam pijakan bumi yang kita injak, wahai burung garuda bentangkan sayapmu dan payungi sampai ke-ufuk zamrud, ingatlah wahai jiwa kebangsaan berapapun harga kebaratan marilah pertahankan nilai budaya dalam peradaban dan adab dalam kebudayaan dengan merk ke-Indonesiaan, singkirkan westernisasi, buanglah modernisasi buta, bersiaplah kebaratan itu kita tendang, westernisasi itu kita sepak,  dan marilah bersiap ke-Indonesiaan itu semayamkan pada nafas-nafas tiap pribadi kita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar