Kenangan
diri saja pada saat menyendiri
Pena
kertas putih Pada Tanggal
17 Agustus 2008
B
|
umi
ini bulat seperti bola yang kita tendang, banyak orang bilang begitu tetapi
menurutku bumi ini bentuknya kebulatan seperti telor. Apapun alasannya sehingga
dengan bentuk bulat atau kebulatan itu jua suatu kelak bumi pun akan hancur atau dengan
bahasa kasarnya bumi akan di sepak oleh yang Sang Maha Membuat yakni Tuhan Yang
Maha Pencipta dengan nama kiamat.
Indonesia merupakan sebuah nama Negara
yang bercokol di bumi ini dan bagian tempat berpijak untuk para makhluk-makhluk
Tuhan, pertanyaannya ada apakah dengan bumi Indonesia?.
Indonesia merupakan Negara peradaban,
dan kalimat peradaban itu membudaya di bumi ini, bumi yang kita pijak ini,
pijak pada saat ini, saat sekarang ini, sekarang di tempat ini, tempat naungan
ini, yakni naungan ke-Indonesiaan dan kebudayaan bagian peradaban Indonesia.
Kebudayaan kita ibarat bal mainan pada
anak-anak, kenapa demikian? bal itu di tendang menggelinding, di sundul
melambung, di oper ke kiri dan ke kanan, sehingga sampailah ke gawang
kesempurnaan dan terjadilah gol peradaban Indonesia. Itulah kebudayaan seharusnya
begitu kemana manusia membawanya tetap arahkan pada ke-peradaban.
Di jaman ini kebudayaan hampir punah
jua peradaban hampir musnah dengan ciri ke-Indonesiaannya, hampir ciri khas
ke-Indonesiaan itu dirasuki westernisasi, lalu pertanyaannya lagi kemanakah
arah gawang kesempurnaan itu?.
Indonesia merupakan kata yang di
yel-yel kan oleh seluruh rakyatnya dan selalu didendangkan walaupun dengan
jeritan tangis, kucuran airmata, perasan keringat, tetesan darah bahkan
lepasnya nyawa sekalipun hanya demi dan untuk mengabadikan nama Indonesia di
peta semesta, lalu pertanyaannya lagi kenapa kebudayaan Indonesia tidak
dikembangbiakkan pada bumi pertiwi ini, mengapa peradaban tidak dibudidayakan
pada nusantara ini,kenapa dan mengapa? Cobalah kita tengok banyak sudah
kebudayaan bangsa ini di rampas oleh Negara lain, sudah sekian kali peradaban
bangsa ini di jiplak pada Negara lain. Lalu kemanakah arah bal itu?
Tidakkah bangsa ini punya burung
garuda yang sayapnya membentangi khatulistiwa, lihatlah burung itu punya sayap
jumlahnya tujuh belas helai, punya ekor jumlahnya delapan helai, punya helai
leher jumlahnya emput puluh lima, tidakkah bangsa ini bangga? itulah tanggal,
bulan dan tahun kemerdekaan Indonesia. Wahai burung garuda lukislah nusantara
ini dengan airliurmu, warnai bumi Indonesia ini dengan cengkraman kakimu,
tengoklah terus ada apa kebudayaan peradaban Indonesia pada saat ini, dan
bawalah terbang bal itu ke penjuru semesta.
Bukankah bangsa Indonesia merupakan
bangsa beradab, pertanyaannya akankah kata ke-Indonesiaan itu mengguncangkan
penjuru arah jagat ini? Wahai para penguasa katakanlah bahwa pancasila itu
merupakan dasar Negara dan berjiwalah kalian yang pancasilais Karena kalian
manusia Indonesia, tetapi dalam setiap individu tetaplah berpegang pada Al
Qur’an dan Al Hadits
Banyak permasalahan yang sudah diserap
masyarakat dengan tidak mencantumkan semangat ke-Indonesiaan, sebut saja
mengenai tata krama global kebangsaan yang semakin kekinian semakin surut,
etika berpolitik yang semakin semerawut, sampai budaya gotong-royong terasa
lenyap, bahkan peradaban bangsa hilang sudah bentuk aslinya dengan merk
ke-Indonesiaannya.
Kenapa demikian? gaya keminian sudah
dikatakan trendi, pakaian seronok sudah di anggap modern, inovasi kreatif
bangsa di bilang lokal bajakan, entahlah apalagi bentuknya banyak lagi
penggalian yang belum terungkapkan hanya mengundang perdebatan antar wacana,
apapun alasannya dan bagaimanapun bentuknya coba marilah bersama banggakan nama Indonesia di kancah dunia.
Pada kesimpulan sistem westernisasi
lebih didewakan dari pada sejatinya ke-Indonesiaan, gaya kebaratan lebih
ditonjolkan dari pada sikap ketimuran. Oleh karena marilah anak bangsa sepakat
sebarkan nama Indonesia dalam pijakan bumi yang kita injak, wahai burung garuda
bentangkan sayapmu dan payungi sampai ke-ufuk zamrud, ingatlah wahai jiwa
kebangsaan berapapun harga kebaratan marilah pertahankan nilai budaya dalam
peradaban dan adab dalam kebudayaan dengan merk ke-Indonesiaan, singkirkan
westernisasi, buanglah modernisasi buta, bersiaplah kebaratan itu kita tendang,
westernisasi itu kita sepak, dan marilah
bersiap ke-Indonesiaan itu semayamkan pada nafas-nafas tiap pribadi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar